watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Batal kuliah dapat rejeki

Kenalkan, namaku Tama. Aku adalah seorang
mahasiwa tingkat 3 di sebuah perguruan negeri
tinggi di Kota Bandung. Postur tubuhku biasa
saja, tinggi 173 cm dengan berat 62 kg, namun
karena aku ramah, lumayan pintar, serta
lumayan kaya maka aku cukup terkenal di
kalangan adik maupun kakak kelas jurusanku.
Pagi itu aku tergesa – gesa memarkir Honda
Accordku di parkiran kampus. Setengah berlari
aku menuju ke gedung kuliah yang berada
sekitar 400 m dari parkiran tersebut, sambil
mataku melirik ke jam tangan Albaku yang telah
menunjukkan pukul 8.06. Shit..! Kalau saja tadi
malam aku tidak nekat menonton pertandingan
bola tim favoritku (Chelsea) sampai pukul 2 larut
malam pasti aku tidak akan terlambat seperti ini.
“Kalau saja pagi ini bukan Pak Noel yang
mengajar, tentu saja aku masih berjalan santai
menuju ruang kuliah. Ya, Pak Noel yang berusia
sekitar 40 tahunan memang sangat keras dalam
urusan disiplin, terlambat sepuluh menit saja
pastilah pintu ruangan kuliah akan dikuncinya.
Kesempatan “titip absen” pun nyaris tidak ada
karena ia hampir selalu mengecek daftar peserta
hadir. Parahnya lagi, kehadiran minimal 90%
adalah salah satu prasyarat untuk dapat lulus dari
mata kuliah ajarannya.”
Tersentak dari lamunanku, ternyata tanpa sadar
aku sudah berada di gedung kuliah, namun tidak
berarti kesulitanku terhenti sampai disini.
Ruanganku berada di lantai 6, sedangkan pintu
lift yang sedari tadi kutunggu tak kunjung
terbuka.
Mendadak, dari belakang terdengar suara merdu
menyapaku. “Hai Tama..!” Akupun menoleh,
ternyata yang menyapaku adalah adik
angkatanku yang bernama Dwi. “Hai juga”
jawabku sambil lalu karena masih dalam
keadaan panik. “Kerah baju kamu terlipat tuh”
kata Dwi. Sadar, aku lalu membenarkan posisi
kerah kemeja putihku serta tak lupa mengecek
kerapihan celana jeansku. “Udah, udah rapi kok.
Hmm, pasti kamu buru – buru ya?” kata Dwi
lagi. “Iya nih, biasa Pak Noel” jawabku. “Mmh”
Dwi hanya menggumam.
Setelah pintu lift terbuka akupun masuk ke dalam
lift. Ternyata Dwi juga melakukan hal yang
sama. Didalam lift suasananya sunyi hanya ada
kami berdua, mataku iseng memandangi tubuh
Dwi. Ternyata hari itu ia tampil sangat cantik.
Tubuh putih mulusnya setinggi 167 cm itu
dibalut baju kaos Gucci pink yang ketat,
memperlihatkan branya yang berwarna hitam
menerawang dari balik bajunya. Sepertinya
ukuran payudaranya cukup besar, mungkin
34D. Ia juga mengenakan celana blue jeans
Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus
sebahu terurai dengan indahnya. Wangi parfum
yang kutebak merupakan merk Kenzo Intense
memenuhi udara dalam lift, sekaligus seperti
beradu dengan parfum Boss In Motion milikku.
Hmm pikirku, pantas saja Dwi sangat diincar
oleh seluruh cowo di jurusanku, karena selain ia
masih single tubuhnya juga sangat proporsional.
Lebih daripada itu prestasi akademiknya juga
cukup cemerlang. Namun jujur diriku hanya
menganggap Dwi sebagai teman belaka.
Mungkin hal itu dikarenakan aku baru saja putus
dengan pacarku dengan cara yang kurang baik,
sehingga aku masih trauma untuk mencari pacar
baru.
Tiba – tiba pintu lift membuka di lantai 4. Dwi
turun sambil menyunggingkan senyumnya
kepadaku. Akupun membalas senyumannya.
Lewat pintu lift yang sedang menutup aku
sempat melihat Dwi masuk ke sebuah ruang
studio di lantai 4 tersebut. Ruang tersebut
memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa
yang ingin menggunakannya, AC didalamnya
dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya
keadaannya kosong. Aku juga sering tidur
didalam ruangan itu sehabis makan siang,
abisnya sofa disana empuk dan enak sih.
Hehehe…
Setelah itu lift pun tertutup dan membawaku ke
lantai 6, tempat ruang kuliahku berada. Segera
setelah sampai di pintu depan ruang kuliahku
seharusnya berada, aku tercengang karena
disana tertempel pengumuman singkat yang
berbunyi “kuliah Pak Noel ditunda sampai jam
12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Ttd: Tata Usaha Departemen”
Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja kalau pulang
lagi ke kostan aku malas, karena takut tergoda
akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin
melakukan apa selagi menunggu, aku tiba – tiba
saja teringat akan Dwi. Bermaksud ingin
membunuh waktu dengan ngobrol
bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4
sambil berharap kalau Dwi masih ada disana.
Sesampainya di lantai 4 ruang studio, aku tidak
tahu apa Dwi masih ada didalam atau tidak,
karena ruangan itu jendelanya gelap dan ditutupi
tirai. Akupun membuka pintu, lalu masuk
kedalamnya. Ternyata disana ada Dwi yang
sedang duduk disalah satu sofa didepan meja
ketik menoleh ke arahku, tersenyum dan
bertanya “Hai Tama, ngga jadi kuliah?”
“Kuliahnya diundur” jawabku singkat. Iapun
kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan
laptopnya. Aku memandang berkeliling, ternyata
ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong,
hanya ada suaraku, suara Dwi, dan suara AC
yang bekerja. Secara tidak sadar aku mengunci
pintu, mungkin karena ingin berduaan aja
dengan Dwi. Maklum, namanya juga cowo,
huehehe…
Penasaran, aku segera mendekati Dwi. “Hi Dwi,
lagi ngapain sendirian disini?” “Oh, ini lagi
ngerjain tugas. Abis dihimpunan rame banget
sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi.” “Eh, kebetulan
ada Tama, udah pernah ngambil kuliah ini kan?”
Tanya Dwi sambil memperlihatkan tugas di layar
laptopnya. Aku mengangguk singkat. “Bisa ajarin
Dwi ngga caranya, Dwi dari tadi gak ketemu cara
ngerjainnya nih?” pinta Dwi. Akupun segera
mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil
mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut.
Daripada aku bengong, pikirku. Mulanya saat
kuajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah
beberapa lama ia segera paham dan tak lama
berselang tugasnya pun telah selesai.
“Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah
ya. Makasih banget ya Tama, udah ngerepotin
kamu.” Kata Dwi ramah. Iapun menutup laptop
Toshibanya dan mengemasnya. “Apa sih yang
ngga buat cewe tercantik di jurusan ini” kataku
sekedar iseng menggoda. Dwi pun malu
bercampur gemas mendengar perkataanku, dan
secara tiba – tiba ia berdiri sambil berusaha
menggelitiki pinggangku. Aku yang refleksnya
memang sudah terlatih dari olahraga karate yang
kutekuni selama ini pun dapat menghindar, dan
secara tidak sengaja tubuhnya malah kehilangan
keseimbangan serta pahanya mendarat
menduduki pahaku yang masih duduk. Secara
tidak sengaja tangan kanannya yang tadinya
ingin menggelitikiku menyentuh kemaluanku.
Spontan, adik kecilku pun bangun. “Iih, Tama
kok itunya tegang sih?” kata Dwi sambil
membenarkan posisi tangannya. “Sori ya”
kataku lirih. Kami pun jadi salah tingkah, selama
beberapa saat kami hanya saling bertatapan
mata sambil ia tetap duduk di pangkuanku.
Melihat mukanya yang cantik, bibirnya yang
dipoles lip gloss berwarna pink, serta matanya
yang bulat indah membuatku benar – benar
menyadari kecantikannya. Ia pun hanya terus
menatap dan tersenyum kearahku. Entah siapa
yang memulai, tiba – tiba kami sudah saling
berciuman mulut. Ternyata ia seorang pencium
yang hebat, aku yang sudah berpengalamanpun
dibuatnya kewalahan. Harum tubuhnya makin
membuatku horny dan membuatku ingin
menyetubuhinya.
Seolah mengetahui keinginanku, Dwi pun
merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di
atas pahaku dengan posisi berhadapan, daerah
vaginanya yang masih ditutupi oleh celana jenas
menekan penisku yang juga masih berada
didalam celanaku dengan nikmatnya. Bagian
dadanya pun seakan menantang untuk dicium,
hanya berjarak 10 cm dari wajahku. Kami
berciuman kembali sambil tanganku melingkar
kepunggungnya dan memeluknya erat sekali
sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan
dadaku yang bidang. “mmhh.. mmmhh..”
hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami
yang saling beradu.
Puas berciuman, akupun mengangkat tubuh
Dwi sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya
ke dinding yang ada dibelakangnya. Akupun
menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas –
remas gundukan payudaranya yang terasa
padat, hangat, serta memenuhi tanganku. “Aaah,
Tama…” Erangannya yang manja makin
membuatku bergairah. Kubuka kaos serta
branya sehingga Dwi pun sekarang telanjang
dada. Akupun terbelalak melihat kecantikan
payudaranya. Besar, putih, harum, serta
putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit
menegang. “Tama…” katanya sambil menekan
kepalaku kearah payudaranya. Akupun tidak
menyia – nyiakan kesempatan baik itu.
Tangankupun meremas, menjilat, dan mencium
kedua belah payudaranya. Kadang bibirku
mengulum putting payudaranya. Kadang
bongkahan payudaranya kumasukkan sebesar
mungkin kedalam mulutku seolah aku ingin
menelannya, dan itu membuat badan Dwi
menggelinjang. “Aaahh… SShhh…” aku
mendongak keatas dan melihat Dwi sedang
menutup matanya sambil bibirnya
mengeluarkan erangan menikmati permainan
bibirku di payudaranya. Seksi sekali dia saat itu.
Putingnya makin mengeras menandakan ia
semakin bernafsu akan “pekerjaanku” di
dadanya.
Puas menyusu, akupun menurunkan ciumanku
kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu. Lalu
ciumanku makin mengalir turun ke arah
selangkangannya. Akupun membuka jeansnya,
terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi
transparan itu, namun itu tak cukup untuk
menyembunyikan gundukan vaginanya yang
begitu gemuk dari pandanganku. Akupun
mendekatkan hidungku ke arah vaginanya,
tercium wangi khas yang sangat harum.
Ternyata Dwi sangat pintar dalam menjaga
bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung
diriku dapat merasakan miliknya Dwi.
Akupun mulai menyentuh bagian depan celana
dalamnya itu. Basah. Ternyata Dwi memang
sudah horny karena servisku. Jujur saja aku
merasa deg – degan karena selama ini aku
belum pernah melakukan seks dengan kedelapan
mantan pacarku, paling hanya sampai taraf oral
seks. Jadi ini boleh dibilang pengalaman
pertamaku. Dengan ragu – ragu akupun menjilati
celana dalamnya yang basah tersebut.
“Mmhhh… Ooggghh…” Dwi mengerang
menikmati jilatanku. Ternyata rasa cairan
kewanitaan Dwi gurih, sedikit asin namun enak
menurutku. Setelah beberapa lama menjilati,
ternyata cairan kewanitaannya makin banyak
meleleh.
“Buka aja celana dalamku” kata Dwi. Mendengar
restu tersebut akupun menurunkan celana
dalamnya sehingga sekarang Dwi benar – benar
bugil, sedangkan aku masih berpakaian lengkap.
Benar – benar pemandangan yang indah.
Vaginanya terpampang jelas di depan mataku,
berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang
masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan
bulunya yang telah dicukur habis secara rapi.
Bagai orang kelaparan, akupun segera melahap
vaginanya, menjilati bibir vaginanya sambil
sesekali menusukkan jari tengah dan jari
telunjukku ke dalamnya. Berhasil..! Aku
menemukan G-Spotnya dan terus
memainkannya. setelah itu Dwi terus
menggelinjang, badannya mulai berkeringat
seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di
ruangan ini. “Emmh, please don’t stop” kata Dwi
dengan mata terpejam. "OOuucchh..." Rintih
Dwi di telingaku sambil matanya berkerjap-
kerjap merasakan nikmat yang menjalari
tubuhnya."Ssshhh...Ahhh", balasku merasakan
nikmatnya vagina Dwi yang makin basah.
Sambil terus meremas dada besarnya yang
mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama
beberapa menit. Tangannya terus mendorong
kepalaku, seolah menginginkanku untuk menjilati
vaginanya secara lebih intens. Pahanya yang
putih pun tak hentinya menekan kepalaku. Tak
lama kemudian, “Uuuhhh.. Dwi mau ke… lu…
ar…” seiring erangannya vaginanya pun tiba –
tiba membanjiri mulutku mengeluarkan cairan
deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun
terasa lebih gurih dan hangat. Akupun tidak
menyia – nyiakannya dan langsung
meminumnya sampai habis. “Slruuppp…”
suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut.
Nafas Dwi terdengar terengah – engah, ia
menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh
tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri.
Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan
pahanya mulai melemah akupun berdiri dan
mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan
cintanya sendiri.
“Mmhh, Tama… makasih ya kamu udah bikin
Dwi keluar.” “kamu malah belum buka baju
sama sekali, curang” kata Dwi. “Gantian sini.”
Setelah berkata lalu Dwi mendorong tubuhku
sehingga aku duduk diatas sofa. Iapun
berjongkok serta melepaskan celana jeans serta
celana dalamku. Iapun kaget melihat batang
penisku yang berukuran cukup “wah.”
Panjangnya sekitar 16 cm dengan diameter 5
cm. kepalanya yang seperti topi baja berwarna
merah tersentuh oleh jemari Dwi yang lentik.
“Tama, punya kamu gede banget…” setelah
berkata maka Dwi langsung mengulum kepala
penisku. Rasanya sungguh nikmat sekali. “mmh
Dwi kamu nikmat banget…” kataku. Iapun
menjelajahi seluruh penjuru penisku dengan
bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan
menyusuri urat dibawah penisku, lalu bibirnya
yang sexy mengulum buah zakarku. “aah…
uuhh… ” hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu
iapun kembali ke ujung penisku dan berusaha
memasukkan penisku sepanjang – panjangnya
kedalam mulutnya. Akupun mendorong
kepalanya dengan kedua belah tangannya
sehingga batang penisku hampir 3/4nya tertelan
oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper
tersedak. Sambil membuka bajuku sendiri aku
mengulangi mendorong kepalanya hingga ia
seperti menelan penisku sebanyak 5 – 6 kali.
Puas dengan itu ia pun berdiri dan duduk
membelakangiku, tangannya membimbing
penisku memasuki liang kemaluannya. “Tama
sayang, aku masukin ya..” kata Dwi bergairah.
Lalu iapun menduduki penisku, mulanya hanya
masuk 3/4nya namun lama – lama seluruh
batang penisku terbenam ke dalam liang
vaginanya. Aah, jadi ini yang mereka katakana
kenikmatan bercinta, rasanya memang enak
sekali pikirku. Iapun terus menaik – turunkan
vaginanya sambil kedua tangannya bertumpu
pada dadaku yang bidang. “Pak.. pak… pak..
sruut.. srutt..” bunyi paha kami yang saling
beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya
yang terus mengalir makin menambah sexy
suasana itu. Sesekali aku menarik tubuhnya
kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi
lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun
menjadi memerah di beberapa tempat terkena
cupanganku.
“Dwi, ganti posisi dong” kataku. Lalu Dwi berdiri
dan segera kuposisikan dirinya untuk
menungging serta tangannya bertumpu pada
meja. Dari posisi ini terlihat liang vaginanya yang
memerah tampak semakin menggairahkan.
Akupun segera memasukkan penisku dari
belakang. “aahh, pelan – pelan sayang” kata Dwi.
Akupun menggenjot tubuhnya sampai
payudaranya berguncang – guncang dengan
indahnya.
“Aaahhkk...Tama...Ooucchhhkgg..Ermmmhhh"
suara Dwi yang mengerang terus, ditambah
dengan cairannya yang makin banjir
membuatku semakin tidak berdaya menahan
pertahanan penisku. “Ooohh...yeahh ! fu*k me
like that...uuhh...i’m your bitch now !” erang Dwi
liar.
"Aduhh.. aahh.. gila Dwi.. enak banget!"
ceracauku sambil merem-melek. "Oohh.. terus
Tama.. kocok terus" Dwi terus mendesah dan
meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya
sudah memerah saking terangsangnya. "Yak..
dikit lagi.. aahh.. Tama.. udah mau" Dwi
mempercepat iramanya karena merasa sudah
hampir klimaks. "Dwi.. Aku juga.. mau keluar..
eerrhh" geramku dengan mempercepat gerakan.
"Enak nggak Tama?" tanyanya lirih kepadaku
sambil memalingkan kepalanya kebelakang
untuk menatap mataku. "Gila.. enak banget Dwi..
terusin sayang, yang kencang.." Tanganku yang
masih bebas kugerakkan kearah payudaranya
untuk meremas – remasnya. Sesekali tanganku
memutar arah ke bagian belakang untuk
meremas pantatnya yang lembut.
“uuhh.. sshh.. Dwi, aku udah ga tahan nih.
Keluarin dimana?” tanyaku. “uuhhh.. mmh..
ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan”
kata Dwi. Makin lama goyangan penisku makin
dalam dan makin cepat.. "Masukin yang dalem
dooo...ngg...", pintanya. Akupun menambah
kedalaman tusukan penisku, sampai pada
beberapa saat kemudian. “aahh… Tama.. kita
keluarin sekarang…” Dwi berkata sambil tiba –
tiba cekikan vaginanya pada penisku terasa
sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil
tubuhnya bergetar. Akupun tak mampu
membendung sperma pada penisku dan
akhirnya kutembakkan beberapa kali ke dalam
liang vaginanya. Rasa hangat memenuhi
penisku, dan disaat bersamaan akupun memeluk
Dwi dengan eratnya dari belakang.
Setelah beberapa lama tubuh kami yang
bercucuran keringat menyatu, akhirnya akupun
mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya.
Aku menyodorkan penisku ke wajah Dwi dan ia
segera mengulum serta menelan habis sperma
yang masih berceceran di batang penisku. Aku
menyandarkan tubuhku pada dinding ruang
studio dan masih dengan posisi jongkok
dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus
mengocok batang penisku tetapi semakin lama
semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan
jantungku berdegub semakin tak beraturan
dibuatnya, walaupun aku sangat sering
masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh
seorang cewek adalah yang pertama bagiku,
apalagi ditambah pemandangan dua susu
montok yang ikut bergoyang karena gerakan
pemiliknya yang sedang menocok penisku
bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
"Dwi.. mau keluar nih.." kataku lirih sambil
memejamkan mata meresapi kenikmatan
hisapan Dwi. "Bentar, tahan dulu
Tama.."jawabnya sambil melepaskan
kocokannya. "Loh kok ngga dilanjutin?" tanyaku.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Dwi
mendekatkan dadanya ke arah penisku dan
tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia
menjepit penisku dengan kedua payudaranya
yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan
dari penisku yang dijepit oleh dua gundukan
kembar itu membuatku terkesiap menahan
napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia
kembali mengocok penisku yang terjepit diantara
dua susunya yang kini ditahan dengan
menggunakan kedua tangannya. Penisku serasa
diurut dengan sangat nikmatnya. Terasa kurang
licin, Dwi pun melumuri payudaranya dengan
liurnya sendiri. “Gila Dwi, kamu ternyata liar
banget..” Dwi hanya menjawab dengan sebuah
senyuman nakal.
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di
sekujur tubuhku pun turut merasakan
kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan
dengan tangannya tadi. "Enak nggak Tama?"
tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
"Gila.. Bukan enak lagi.. Tapi enak banget
Sayang.. Terus kocok yang kencang.." Tanganku
yang masih bebas kugerakkan kearah mulutnya,
dan ia langsung mengulum jariku dengan penuh
nafsu. "Ahh.. ohh.." desahnya pelan sambil
kembali memejamkan matanya. Kocokan serta
jepitan susunya yang semakin keras semakin
membuatku lupa daratan.
Tak lama kemudian, “aah… Dwi aku mau keluar
lagi…” setelah berkata begitu akupun
menyemprotkan beberapa tetes spermaku
kedalam mulutnya yang langsung ditelan habis
oleh Dwi. Iapun lalu menciumku sehingga aku
merasakan spermaku sendiri.
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi. Tak
lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya,
lalu akupun pulang kekostan setelah
mengantarkan Dwi ke kostannya menggunakan
mobilku. Dialam mobil ia berkata bahwa ia
sangat puas setelah bercinta denganku serta
menginginkan untuk mengulanginya kapan –
kapan. Akupun segera menyanggupi dan
mencium mesra bibirnya. Setelah itu aku
mengarahkan mobilku ke kostanku yang berada
di daerah Dago. Soal kuliahnya Pak Noel, aku
sudah cuek karena hari itu aku mendapatkan
anugerah yang tidak terkira, yaitu bisa bercinta
dengan Dwi.


Adult | GO HOME | Exit
1/1029
U-ON

inc Powered by Xtgem.com